Pages

Friday, October 15, 2010

KIYAI MOENAWWIR KRAPYAK (m. 1942)


Dipetik dari: sachrony.wordpress.com dan alhidayahkroya.blogspot.com


Siapa yang tak kenal dengan Pondok Pesantren Munawir Krapyak Jogjakarta yang telah banyak melahirkan ulama-ulama ahli Quran terkemuka. Semula pesantren yang didirikan sekitar tahun 1909 oleh KH Moenawir hanya dihuni 10 santri , kini Pesantren Krapyak berkembang pesat dengan jumlah santri yang mencapai ratusan. Sosok KH Moenawir atau yang akrab dipanggil Mbah Moenawir merupakan sosok ulama yang oleh Rosululloh SAW disebut sebagai “keluarga Alloh” (ahluLlah) atau “waliyulloh”, karena kemampuannya sebagai ahlul Qur’an ( penghapal Qur’an dan mengamalkan kandungan Qur’an)

Sejak usia 10 tahun KH Moenawir telah hapal Quran 30 juz dan beliau gemar sekali mengkhatamkan Quran . Beliau dikirim ayahnya KH. Abdul Rosyad untuk belajar kepada seorang ulama terkemuka di Bangkalan Madura KH. Muhammad Kholil . Bakat kepasihan Mbah Moenawir dalam pembacaan Quran memberikan kesan tersendiri dihati gurunya (KH. Muhammad Kholil ) dan suatu ketika gurunya menyuruh KH Moenawir untuk menjadi imam sholat sedangkan gurunya KH Kholil menjadi mak’mum.

Tahun 1888 KH Moenawir bermukim di Mekkah dan memperdalam ilmu-ilmu Quran kurang lebih 20 tahun, kesempatan tersebut beliau gunakan untuk mempelajari ilmu tahfizul Quran , qira’at sab’ah dengan ulama -ulama setempat. Hingga KH Moenawir memperoleh Ijazah Sanad Qira’at yang bersambung ke urutan 30 sampai ke Rosululloh SAW dari seorang ulama Mekkah yang termashur Syekh Abdul Karim bin Umar Al-Badri Ad-Dimyati .

KH Moenawir Mampu mengkhatamkan Quran hanya dalam satu rakaat sholat, dan sebagai orang awam mungkin itu mustahil dilakukan tapi bagi KH Moenawir itu mampu . Bahkan KH Moenawir dalam menjaga hapalannya beliau melakukan riyadhoh dengan membaca al-Quran secara terus menerus selama 40 hari 40 malam sampai terlihat oleh beberapa muridnya mulut KH Moenawir terluka dan mengeluarkan darah.

Kedisiplinan KH. Moenawir dalam mengajar Quran kepada murid-muridnya sangat ketat bahkan pernah muridnya membaca Fatihah sampai dua tahun diulang-ulang karena menurut KH Moenawir belum tepat bacaannya baik dari segi makhrajnya maupun tajwidnya, maka tak heran bila murid-murid beliau menjadi ulama-ulama yang hufadz ( hapal Quran) dan mendirikan Pesantren Tahfizul Quran seperti Pon-pes Yanbu’ul Qur’an kudus (KH. Arwani Amin) , Pesantren Al Muayyad Solo ( KH Ahmad Umar) dll.

Peristiwa menarik pernah dialami oleh murid KH Moenawir, sewaktu beliau disuruh oleh istri Mbah Moenawir untuk meminta sejumlah wang kepada Mbah Moenawir yang akan digunakan sebagai keperluan belanja sehari-hari, KH Moenawir selalu merogoh sejadahnya dan diserahkan wang tersebut kepada muridnya, padahal selama ini murid-muridnya hanya tahu bahwa sepanjang waktu Mbah Moenawir hanya duduk saja di serambi masjid sambil mengajar al-Quran.

KH. Moenawir wafat sekitar tahun 1942 dan dimakamkan di sekitar Pondok Pesantren Munawwir Krapyak Jogjakarta.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.